Your cart is currently empty!
Kulwap 24: Stop Mubazir! Kunci Hidup Seimbang dan Berkah
Kulwap 24
Stop Mubazir! Kunci Hidup Seimbang dan Berkah
Pemborosan atau mubazir sering kali diartikan sebagai penggunaan harta secara berlebihan, tanpa perhitungan yang matang. Ini bisa menyebabkan perekonomian seseorang terhambat atau bahkan terganggu. Menggunakan uang hanya untuk kepentingan pribadi atau kemaksiatan adalah salah satu contoh pemborosan yang perlu dihindari.
Surah Al-Isra’ (17:27):
“إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَـٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَـٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا”
_Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”_
Bersedekah memang dianjurkan, tetapi kita juga perlu berpikir cermat tentang bagaimana cara kita memberi. Terkadang, kita berpikir bahwa sedekah yang besar akan langsung memberikan dampak positif, namun jika kita tidak mempertimbangkan keberlanjutannya, kita bisa kehilangan kesempatan untuk membantu lebih banyak orang di masa depan.
Sebagai contoh, jika kita memiliki uang Rp 100 juta dan langsung menyedekahkan semuanya, setelah itu kita mungkin akan kesulitan membantu orang lain. Sebaliknya, jika kita menggunakan sebagian uang tersebut untuk berinvestasi atau mengembangkan usaha, kita bisa mendapatkan penghasilan yang dapat digunakan untuk menolong lebih banyak orang di masa depan.
Kita perlu memastikan bahwa kita tetap mampu membantu orang lain tanpa mengorbankan kebutuhan keluarga atau diri sendiri. Oleh karena itu, sedekah atau donasi sebaiknya tidak membuat kita terjerumus ke dalam kesulitan finansial.
Surah Al-Furqan (25:67):
“وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا”
_Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”_
Mubazir tidak hanya terkait dengan penggunaan harta yang berlebihan, tetapi juga dengan cara kita mengelola karunia yang ada. Misalnya, saat belanja, pastikan bahwa barang yang dibeli memang akan digunakan dan bukan hanya untuk hobi belanja. Begitu juga dalam hal makanan, jangan sampai kita membuang sisa makanan, sekecil apapun itu. Setiap sisa makanan yang dibuang merupakan bentuk ketidakpedulian terhadap nikmat yang telah diberikan.
Jika kita tidak menghargai karunia tersebut, bisa saja Allah mencabut rezeki yang telah diberikan. Kadang, gaya hidup yang kita tiru, seperti gaya makan yang berlebihan atau hanya untuk menunjukkan kekayaan, malah membuat kita terjerumus dalam pemborosan.
Surah Al-A’raf (7:31):
“يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍۢ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ”
_Artinya: “Wahai anak-anak Adam! Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”_
Selain mubazir, ada istilah lain yang mirip dengannya yaitu Israf. Israf adalah tindakan berlebih-lebihan atau boros dalam menggunakan nikmat yang telah Allah berikan, baik dalam hal makanan, minuman, pakaian, harta, maupun hal-hal lain. Contohnya adalah mengonsumsi makanan dalam jumlah yang jauh melebihi kebutuhan tubuh, meskipun makanan tersebut halal, atau menghabiskan uang untuk hal-hal yang mewah secara berlebihan, meskipun barang yang dibeli itu tidak haram.
Dalam Islam, banyak ajaran Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan tidak berlebihan. Misalnya, cara makan yang diajarkan Nabi adalah dengan tidak membuang makanan, serta membersihkan tangan setelah makan, meskipun terkadang ada yang meremehkan hal tersebut. Padahal, ini adalah cara yang diajarkan oleh Nabi, yang seharusnya kita teladani.
Hidup yang baik adalah hidup yang seimbang, tidak boros, dan tetap mengutamakan manfaat jangka panjang. Pemborosan, baik dalam hal uang, waktu, maupun nikmat lainnya, akan membuat kita terjerumus ke dalam kebiasaan yang tidak produktif. Ketika seseorang menyia-nyiakan nikmat yang diberikan, ia bisa terjebak dalam perbuatan yang sia-sia, bahkan mendekatkan dirinya pada keburukan.
Surah Al-Mu’minun (23:1-3):
“قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَـٰشِعُونَ وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنِ ٱللَّغْوِ مُعْرِضُونَ”
_Artinya: “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.”_
Mari kita refleksikan bagaimana kita menggunakan karunia yang telah diberikan dan hindari pemborosan agar hidup kita lebih berkah dan bermanfaat bagi orang lain.
Ayo, Bersedekah dengan Bijak dan Jangan Lupa Bersalawat
Referensi:
1. Disarikan dari kajian Buya Yahya, https://www.youtube.com/watch?v=QsPkhea-adI
Divisi Da’wah IMMI
Leave a Reply