Your cart is currently empty!
Kulwap-001: Membangun Nilai-Nilai Dan Akhlak Mulia Dalam Keluarga
MEMBANGUN NILAI-NILAI DAN AKHLAK MULIA DALAM KELUARGA
Bagaimana menanamkan nilai-nilai dalam keluarga kita?
Apabila kita ingin agar keluarga kita memiliki nilai-nilai aqidah yang baik, maka kita perlu mencari contoh untuk kita teladani.
Dalam Alquran ada dua keluarga yang berhasil menanamkan nilai-nilai aqidah dan ketauhidan dalam sebuah keluarga.
Yang pertama adalah keluarga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah (33:21)
Yang kedua adalah keluarga Ibrahim alaihissalam
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْهِمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُو اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّ فَاِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ
Sungguh, pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) terdapat suri teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian, dan barangsiapa berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Kaya, Maha Terpuji. (60:6)
Keluarga Ibrahim Alaihissalam patut menjadi teladan karena mampu menanamkan fondasi keimanan dan ketauhidan yang kuat kepada anak dan istrinya. Bahkan ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam menyampaikan perintah Alloh SWT kepada anaknya.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (37:102)
Perhatikan, apa jawaban Sang anak, Ismail Alaihissalam. Betapa sang Anak begitu taat kepada orang tua, apalagi kepada Tuhannya! Seorang anak yang masih kecil tanpa ragu mematuhi perintah yang sedemikian berat.
Sekarang, coba kita refleksikan kepada keluarga kita masing-masing.
Sejauh mana anak-anak kita patuh dan taat kepada orang tuanya?
Sejauh mana mereka taat menjalankan perintah Allah SWT? Tanpa kita suruh?
وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim. (2:132)
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama bagi seluruh umat, tidak hanya umatnya nabi Muhammad SAW, tapi juga umatnya Yakub Alaihissalam, umatnya Ismail Alaihissalam, dan sampai kepada umatnya nabi Ibrahim Alaihissalam. Itulah sebabnya, mengapa nabi Ibrahim Alaihissalam disebut sebagai bapaknya para nabi.
Lalu siapakah nabi Ibrahim Alaihissalam? Siapakah dia yang patut menjadi suri tauladan kita semua?
مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, Muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik (3:67)
Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah seorang Muslim yang taat, tidak menyekutukan Alloh SWT, dan memegang teguh ketauhidan sepanjang hayatnya.
Oleh karenanya jamaah IMMI yang dirahmati Alloh SWT.
Hal pertama yang harus diajarkan kepada anak-anak kita adalah Tauhid.
Dengan bertauhid , visi keluarga bukan hanya visi 5 atau 10 tahun terdepan, tapi visi dunia akhirat … ! Yaitu berkumpul bersama-sama keluarga di Surga kelak. Subhanalloh …
Semua orang menginginkan surga, dan setiap manusia memiliki kesempatan untuk meraihnya.
Dan tiket untuk menuju surga adalah Tauhid. Keimanan kepada Alloh SWT. Tidak peduli apakah dia kaya atau miskin, orang biasa atau pejabat, setiap dari kita berhak untuk meraih surga.
Tapi ingat kuncinya … Tauhid.
Kemuliaan seseorang tidaklah ditentukan oleh kaya atau miskin, rakyat atau pejabat, tapi oleh Iman dan amal. Itulah sebabnya, agama menjadi sangat penting dalam kehidupan kita. Karena agama, menjadi pegangan hidup … bahkan saat kita ragu pada diri kita sendiri.
Sakinah, mawaddah, warahmah… Ini lah tujuan kita berumah tangga.
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir (30:21)
Pada tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa makna sakinah ada tiga: lita’tafu (saling mengikat hati), tamilu ‘ilaiha (condong kepadanya) dan tadma’inu biha (merasa tenang dengannya).
Kalau bukan dengan pondasi agama, tidak mungkin suatu keluarga mencapai derajat sakinah.
Ketaatan pada agama, adalah kunci bagi seorang anak patuh pada orang tuanya, istri patuh pada suaminya, dan suami sayang pada istrinya… Demikian indah yang sudah diajarkan oleh Islam.
Ustadz Abdul Muta`ali pada suatu waktu pernah berkunjung ke sebuah instansi terkait penanganan narkoba di Selandia Baru. Ketika beliau masuk ke ruangan, yang terpampang di ruangan itu adalah
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung (5:90)
Subhanallah …
Apakah mayoritas penduduk Selandia Baru adalah muslim? Tidak !
Hanya 1% muslim yang tinggal di Selandia Baru, bahkan hampir 50% penduduknya mengaku tidak beragama.
Kemudian Ustadzh Abdul Muta`ali bertanya kepada mereka, “Why do you use this chapter (ayah)” kemudian mereka menjawab, “NO, this is not your (ayah), this is our (ayah)”.
Luar biasa, hebat jawaban tersebut
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam (21:107)
Ustadz Abdul Muta`ali tetap bertanya, lalu kenapa kamu pakai ayat tersebut?
Mereka menjawab, “Seseorang, kalau dirinya dipenuhi dengan keimanan, terbiasa membaca kalimat pujian (toyyibah), maka barang-barang haram tidak akan memasuki mulutnya”
Karenanya, mustahil kita meraih ketenangan (sakinah), kalau bukan karena ketaatan kepada Alloh SWT.
Wallahualam Bissawab
Sumber:
Tanggal: 22 September 2021
Pembicara: Ustadz Dr H Abdul Muta`ali MA
dalam kajian Masjid Salahuddin Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak
Leave a Reply