Diskusi TPA Ke-3 : Fitrah: Menyelami Esensi Kebenaran dalam Jiwa Manusia

*Diskusi TPA Ke-3 : Fitrah: Menyelami Esensi Kebenaran dalam Jiwa Manusia*

Panduan
1. Menunjuk seorang untuk menjadi pemimpin diskusi
2. Membuka dengan Basmalah
3. Menunjuk seseorang untuk Tilawah (QS Ar-Rum:30)
4. Mulai Kajian dan Diskusi
5. Menutup dengan istigfar 3x, doa kafaratul majelis, dan hamdalah

Materi Diskusi
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ
(QS Ar-Rum:30)

Artinya:
Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(QS. Ar-Rum: 30) merupakan ayat yang menyerukan Nabi Muhammad untuk terus menyebarluaskan dakwah Islam dan mengikuti agama Allah yang lurus serta fitrah Allah. Ayat ini menunjukkan pentingnya mengarahkan hati, pikiran, dan tindakan manusia hanya kepada satu agama yang benar yaitu Islam.

“Wajah” atau “muka” dalam ayat ini tidak hanya merujuk pada bagian fisik manusia, tetapi juga mencakup hati dan pikiran. Menghadapkan wajah yang lurus kepada agama berarti meneguhkan tekad untuk mengikuti ajaran Islam dengan kesungguhan dan ketulusan hati. Dengan demikian, manusia diharapkan untuk melaksanakan perintah Allah dengan sepenuh hati.

Dalam ayat ini, terdapat kata “fitrah” yang mengacu pada keadaan semula manusia ketika dilahirkan. Para ulama berbeda pendapat tentang makna “fitrah” dalam ayat ini. Ada yang berpendapat bahwa “fitrah” artinya adalah “Islam”. Mereka berhujjah dengan hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia cenderung kepada kebenaran dan patuh kepada Allah. Namun, ada pula yang mengartikan “fitrah” sebagai “kejadian” atau “keadaan semula”.

Dalam Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih dari dosa, sebagaimana disebutkan dalam hadis Abu Hurairah. Oleh karena itu, manusia memiliki fitrah yang cenderung kepada kebaikan dan kebenaran. Namun, manusia bisa terbawa arus kesesatan dan terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, menghadapkan wajah yang lurus kepada agama dan mengikuti fitrah Allah sangat penting untuk menjaga kesucian dan kemurnian hati manusia.

Dalam surah Ar-Rum ayat 30, Allah juga menegaskan bahwa manusia dijadikan untuk menyembah-Nya. Oleh karena itu, setiap manusia diharapkan untuk mengikuti agama yang benar dan lurus, yaitu Islam. Islam sebagai agama yang lurus dan benar telah ditunjukkan oleh Allah melalui kitab suci Al-Quran dan hadis-hadis Rasulullah SAW. Sebagai manusia yang beriman, maka tugas kita adalah mengikuti ajaran Islam dengan sebaik-baiknya.

Kesimpulannya, ayat “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah” mengandung pesan penting bagi setiap manusia untuk mengikuti agama yang benar dan lurus serta mengikuti fitrah Allah yang cenderung kepada kebaikan dan kebenaran. Dalam Islam, menghadapkan wajah yang lurus kepada agama berarti meneguhkan tekad untuk mengikuti ajaran Islam dengan kesungguhan.

حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ، هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ ‏”‏‏.
(Sahih al-Bukhari 1385)
Artinya:
Setiap bayi yang lahir di dunia ini, baik di mana pun dan dalam keadaan apapun, dilahirkan dengan keadaan asli yang bersih dan suci, yaitu fitrah. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Tidaklah anak yang dilahirkan melainkan ia dilahirkan di atas fitrah, namun kedua orang tuanya yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani dan Majusi”

Dalam konteks agama Islam, fitrah mengandung makna kebenaran dan kesucian yang ada dalam jiwa manusia sejak lahir, sebelum pengaruh buruk dari lingkungan dan kebiasaan negatif mempengaruhinya. Karena itulah, penting bagi kedua orang tua untuk memberikan pengaruh positif dan membimbing anak mereka dengan baik, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan fitrah yang benar.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa orang tua memiliki kendali penuh atas agama anak mereka. Sebagaimana ditegaskan dalam hadis di atas, kedua orang tua hanya dapat mempengaruhi, bukan menentukan agama anak mereka. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus memberikan contoh dan panduan yang baik dalam kehidupan sehari-hari agar anak kita dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah yang benar.

Di sisi lain, penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih agama dan keyakinannya sendiri. Kita tidak boleh memaksakan agama kita kepada orang lain, bahkan kepada anak kita sendiri. Sebab, setiap orang harus menemukan jalan kebenaran dan keyakinannya sendiri melalui pemahaman, pengalaman, dan pertimbangan mereka sendiri.

Namun, sebagai orang tua, kita juga harus memberikan pendidikan agama yang cukup kepada anak-anak kita sehingga mereka dapat membuat keputusan yang baik dalam memilih jalan kebenaran yang tepat. Dalam hal ini, metode memberikan perumpamaan atau mitsal bagi pelajar dapat membantu mendekatkan pemahaman dan mengilustrasikan konsep-konsep abstrak dengan lebih baik.

Terakhir, sebagai umat Muslim, kita juga harus memahami konsep kematian dan akhirat dengan baik. Anak-anak yang masih kecil dan belum mukallaf, termasuk dalam kategori penghuni surga jika meninggal dunia. Namun, bagi anak-anak dari keluarga musyrik yang masih kecil, para ulama memiliki beberapa pendapat yang berbeda. Namun, yang pasti adalah bahwa Allah-lah yang lebih tahu tentang apa yang mereka kerjakan dan akhirnya mereka akan diuji di akhirat nanti.

Dalam kesimpulannya, fitrah adalah keadaan asli dalam jiwa manusia yang bersih dan suci. Kedua orang tua memiliki pengaruh yang kuat terhadap agama dan moral anak mereka, namun tidak dapat menentukan secara mutlak agama anak mereka.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *